Aceh,TarungNews.com - Kasus pembunuhan gajah sumatera jinak yang ditempatkan di Conservation Response Unit (CRU) Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh, pada 9 Juni 2018, hingga kini belum terungkap. Polisi masih memburu pembunuh yang sekaligus pencuri satu gading gajah bernama Bunta itu. Sementara, dukungan masyarakat untuk pengungkapan kasus tersebut datang bergelombang.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Sapto Aji Prabowo mengatakan, kasus ini ditangani Polres Aceh Timur. “Sampai saat ini belum ada perkembangan, kami masih menunggu lebih lanjut,” ujar Sapto, Rabu, 13 Juni 2018.
Sapto menjelaskan, perkiraan sementara berdasarkan hasil nekropsi tim dokter BKSDA Aceh, Bunta mati karena toxicosis. Hal tersebut berdasarkan kerusakan dan perubahan organ gajah tersebut.
“Usus Bunta mengalami pendarahan, jantung nekrosis dan hiperemi. Terjadi pembengkakkan dan sianosis pada paru, pembengkakan hati, cairan di rongga dada sangat keruh, adanya buah kuini dalam usus dan ditemukan buah tersebut dekat tubuh Bunta,” ujarnya.
Beberapa sampel organ seperti limpa, usus, jantung dan ginjal telah dikirim ke laboratorium forensik di Medan, Sumatera Utara, untuk pemeriksaan lebih lanjut. “Kita sangat berharap, kasus ini terungkap dan diketahui siapa pelakunya. Ini sangat menyakitkan buat kami di BKSDA,” ungkapnya.
Sapto menambahkan, pengungkapan kasus bukan hanya keinginan BKSDA Aceh, tapi juga dari lembaga mitra dan masyarakat Indonesia. Ada FKL, HAkA, WCS, OIC, YEL yang berjanji memberikan hadiah kepada masyarakat yang bisa memberikan informasi akurat terkait pelaku. Bahkan, Leuser Coffee memberikan kopi gratis seumur hidup kepada masyarakat yang memberikan informasi terpercaya.
“BKSDA Aceh bersama lembaga mitra menyediakan bantuan mencapai Rp30,5 juta ditambah kopi gratis semua hidup. Ini bentuk dukungan dan keinginan semua pihak agar pembunuh Bunta segera ditangkap,” jelasnya.
Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mengatakan, akan memberi hadiah Rp100 juta kepada siapapun yang bisa memberikan informasi pembunuh sadis itu. Gubernur Aceh berjanji identitas pelapor akan aman dan tidak terbongkar.
“Bagi yang memberikan informasi akurat, mengarahkan aparat penegak hukum untuk menangkap pelaku akan mendapat hadiah 100 juta Rupiah dari Gubernur Aceh,” tulis Irwandi di laman Facebook-nya.
“Yang ingin memberikan info terpercaya, kirim ke e-mail saya: albiruny@gmail.com. Kerahasiaan dijamin. Kepada pelaku, diharap segera menyerahkan diri kepada yang berwenang, atau akan ditangkap dengan risiko yang tidak dapat diperkirakan,” lanjut Irwandi.
Juru Bicara Pemerintah Aceh, Wiratmadinata mengatakan, keberadaan Bunta dan gajah-gajah sumatera jinak lainnya di tujuh CRU di Provinsi Aceh, sangat penting. Bukan hanya karena aspek konservasi, tapi juga membantu mengatasi konflik satwa liar dengan manusia.
“Pemerintah Aceh mengecam pembunuhan tersebut dan mendukung langkah penegak hukum untuk menangkap pelaku. Bunta adalah salah satu gajah yang selama ini dirawat dan menghuni kamp CRU Serbajadi,” ujarnya.
Dia mengatakan, Bunta dan gajah jinak lainnya adalah aset pemerintah dan rakyat Aceh yang harus dilindungi. Aparat kepolisian harus melakukan penyelidikan dan segera menangkap pelaku, untuk memberikan efek jera dan mencegah terjadi lagi pembunuhan gajah.
“Pemerintah Aceh mendukung Badan Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Aceh melakukan langkah antisipatif, agar kematian gajah patroli tidak terjadi lagi,” ungkap Wira.
Petisi
Petisi online agar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kapolri segera menangkap pembunuh Bunta, mendapat dukungan masyarakat Indonesia.Petisi melalui laman change.org tersebut, dibuat oleh Teuku Nurhayati salah seorang perempuan asal Aceh.
“Yang lebih membuat saya terkejutitu adalah Bunta, gajah jinak yang saya temui saat berkunjung ke CRU Serbajadi, Aceh Timur, tahun lalu. Bunta bertugas menangani konflik gajah dan manusia di Aceh,” ujarnya.
“Saya tak habis pikir, ada manusia yang kejam membunuh Bunta. Meracun kemudian mengambil paksa gadingnya sebelah. Tidak terbayangkan, sakitnya Bunta saat meregang nyawa. Perbuatan keji ini dilakukan di bulan suci Ramadhan, ketika harusnya manusia tidak melakukan kezaliman. Tega sekali, menghilangkan nyawa makhluk hidup untuk sebuah gading,” terang Nurhayati.
Hingga saat ini, petisi telah ditandatangani lebih dari 27.000 pendukung, yang berharap si pembunuh segera dikurung di jeruji besi.
Sumber : Mongabay Indonesia
Dar,tarungnews.com