• Jumat, 29 Maret 2024

Sektor Konstruksi Tempati Posisi Ketiga Penyokong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2016

Sektor Konstruksi Tempati Posisi Ketiga Penyokong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2016 Sektor konstruksi, pada tahun 2016 berada di posisi ketiga sumber pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan kontribusi 0,51 persen setelah sektor Industri pengolahan dan sektor perdagangan. (pu.go.id)

Jakarta,TarungNews.com - Infrastruktur menjadi salah satu pilar penyokong pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor konstruksi, pada tahun 2016 berada di posisi ketiga sumber pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan kontribusi 0,51 persen setelah sektor Industri pengolahan dan sektor perdagangan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia pada tahun 2016 tumbuh sebesar 5,02 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar 4,88 persen.

Kontribusi sektor konstruksi bagi pembentukan produk domestik bruto (PDB) pun cukup signifikan, yakni 10,38 persen, berada di urutan ke-4 setelah sektor industri, pertanian, dan perdagangan. “Pembangunan infrastruktur selain telah menggerakkan ekonomi riil, turut menyumbang pada pertumbuhan ekonomi negara kita, juga telah menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar,” kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono beberapa waktu lalu.

Menurutnya ekonomi yang produktif tidak mungkin dicapai apabila tidak didukung ketersediaan infrastruktur yang memadai, oleh sebab itu infrastruktur merupakan kunci bagi pertumbuhan ekonomi, termasuk pemerataan pembangunan.

Menteri Basuki mengatakan Kementerian PUPR sepanjang tahun 2016 telah membangun infrastruktur dalam rangka mendukung  program prioritas nasional seperti ketahanan air dan pangan, konektivitas antar daerah, serta penyediaan perumahan dan permukiman. Realisasi akhir keuangan Kementerian PUPR pada tahun anggaran 2016 adalah 91,32% dari pagu efektif sebesar Rp 91,21 triliun. 

Selanjutnya Menteri Basuki mengatakan bahwa pelaksanaan pembangunan infrastruktur pada tahun 2017 masih menjadi salah satu tumpuan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2-5,4% dan pemerataan kesejahteraan secara nasional. Pada tahun 2017, Pemerintah mengalokasikan total belanja infrastruktur sebesar Rp 387 triliun dimana Kementerian PUPR diberikan amanah untuk mengelola anggaran dengan porsi terbesar, yaitu Rp101,4 triliun.

"Kementerian PUPR selama tiga tahun ini mendapatkan amanah mengelola dan membelanjakan anggaran terbesar dibanding K/L lain,” kata Menteri Basuki.

Bagi pemerintah, dikatakan Menteri Basuki, infrastruktur ialah kunci untuk menghadapi persaingan ekonomi global. Ketersediaan infrastruktur akan menjadi solusi atas masalah-masalah dasar yang berkaitan dengan kemiskinan dan kesenjangan yang selama ini membelenggu sebagian penduduk Indonesia. Karena itu, pemerintah punya misi untuk menggenjot pembangunan infrastruktur hingga pelosok negeri.

Menteri Basuki mengungkapkan salah satu tantangan terbesar dalam pembangunan infrastruktur adalah kesenjangan antara wilayah dan kawasan yang masih tinggi. Untuk itu ia terus mendorong terwujudnya pembangunan yang lebih merata pada kawasan perbatasan, kawasan pulau terluar, kawasan tertinggal, dan kawasan pedesaan melalui berbagai program untuk masyarakat miskin antara lain jalan akses dan lingkungan, jembatan gantung, irigasi kecil,  Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas), Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas), rumah swadaya, dan rumah susun. Menurutnya tantangan pembangunan ke depan semakin besar, untuk itu pembangunan infrastruktur akan terus dipercepat untuk dapat mencapai sasaran RPJMN 2015-2019.

Belanja Modal Kementerian PUPR

Menteri Basuki memprioritaskan anggaran Kementerian PUPR dalam bentuk belanja modal yang bersifat menambah asset negara dan menjadi penyokong pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi tahun 2017 sebesar Rp 101,496 triliun, porsi belanja belanja modal Rp 76,27 triliun (75,1%), disusul belanja barang Rp 22,48 triliun (22,2%), dimana Rp 5,6 triliun merupakan belanja barang berkarakter belanja modal, dan belanja pegawai dan rutin Rp 2,75 triliun (2,7%).

Kementerian PUPR melakukan pelelangan dini sejak tahun lalu dan hasilnya hingga hari ini sebanyak 2.768 paket telah terkontrak dengan nilai Rp 41,4 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari paket pekerjaan kontrak tahun tunggal sebanyak 2.166 paket senilai Rp 14,06 triliun dan 602 paket kontrak tahun jamak senilai Rp 27,34 triliun.

Menteri Basuki menargetkan dapat menyelesaikan pelelangan seluruh 10.851 paket kontraktual senilai Rp 76,55 triliun, sebagaimana terekam dalam sistem e-monitoring PUPR, selambat-lambatnya pada akhir Maret 2017. J

Menteri Basuki mengatakan penandatanganan kontrak diawal tahun merupakan langkah nyata Kementerian PUPR untuk percepatan pembangunan infrastruktur di tanah air. Ia berharap hal ini dapat memberikan kontribusi lebih cepat bagi penyerapan tenaga kerja, peningkatan pemerataan pembangunan, sekaligus menopang pertumbuhan ekonomi. Ia berharap dengan berbagai upaya tersebut, optimisme dan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 dapat dijaga dengan baik, kendati diwarnai dengan ketidakpastian global. (Jay)

Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR.

Editor : Rere,tarungnews.com

 

Bagikan melalui:

Komentar